Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91: 9-10)
Ketika kita melihat bunga yang cantik, kita sering terpesona dengan bunganya. Begitu juga ketika kita melihat pohon berbuah ranum, kita pun memuji buah dari pohon tersebut. Tapi kita sering melupakan bagian lain dari pohon. Yang tanpa bagian itu pohon tidak akan memiliki bunga yang cantik, daun yang rimbun ataupun buah yang ranum. Bahkan pohon pun tidak akan bisa tumbuh bila bagian tersebut rusak. Bagian itu jarang sekali terlihat oleh mata. Ia tersembunyi di dalam tanah. Bagian terpenting dari pohon tersebut adalah akar.
Entah bagaimana nasib pohon tanpa akar. Sudah pasti tidak akan hidup pohon tersebut. Karena akarlah yang bertugas mencari sumber makanan dari dalam bumi. Bagaimana pula jika akar pohon tersebut rapuh. Maka, pohon tanpa akar yang kuat akan sangat mudah sekali tumbang. Tapi akar lebih suka bersembunyi dan menelusup ke dalam bumi. Jarang sekali pohon yang akarnya tampak dipermukaan. Itulah mungkin kenapa kita jadi jarang memuji dan memperhatikan akar.
Begitupun manusia, seringkali memuji dan memuja apa yang nampak saja. Rumah, pakaian, kendaraan menjadi skala prioritas dan rebutan. Tapi kita sering melupakan jiwa kita. Sebagaimana akar pada pohon, jiwa adalah penopang kekuatan hidup manusia. Manusia akan memiliki kekuatan manakala jiwanya juga kuat.
Dalam realitas kehidupan sehari-hari, mudah sekali kita menemukan orang yang mengaku beragama, pergi ke tempat-tempat ibadah, tetapi ketika dalam pekerjaan melakukan penyelewengan, korupsi, penipuan dan tindak pidana lainnya yang tidak sesusai dengan akhlaq umat beragama. Mengapa demikian? Inilah indikasi bahwa banyak manusia yang meskipun mungkin beragama tetapi lemah jiwanya. Tidak berkualitas jiwanya.
Mudah kita menemukan orang yang terlihat meraih sukses profesional dalam karier dan bisnis, tetapi kesuksesannya tidak memberikan makna bagi hidupnya. Meskipun berhasil meraih kekayaan yang berlimpah, namun kekayaannya tidak memberikan arti bagi kualitas kebahagiaan hidupnya. Bahkan banyak yang berakhir dengan kesia-siaan dan kegagalan hidup. Mengapa demikian? Inilah akibat dari manusia yang lemah jiwanya.
Jiwa menjadi sumber kekuatan bagi raga. Bila jiwa sakit akan berpengaruh kuat terhadap raga. Raga akan ikut kena imbas sakit jiwa. Tapi sebaliknya, jika hanya raga yang sakit tapi jiwa tetap berjaya, maka raga akan tetap mempunyai kekuatan. Begitu banyak tokoh yang mampu menjadi contoh dalam hal ini. Ada lelaki tua yang sudah tak sanggup lagi berjalan. Seumur hidupnya hanya bertopang pada kursi roda untuk berpindah lokasi. Tak hanya kaki, bahkan tangannya pun sudah lemah untuk digerakan. Tapi kita melihat dia bisa menggerakan begitu banyak manusi untuk berjuang. Dia bisa ditakuti oleh banyak musuhnya. Dia bisa menjadi tokoh sejarah yang akan dikenang sepanjang masa. Jika Anda pernah mendengar Syeikh Ahmad Yasin, seorang tokoh perjuangan rakyat Palestina, maka dialah contoh paling teladan orang yang punya kekuatan jiwa.
Ketahuilah, bahwa manusia terdiri dari jiwa dan raga. Dua komponen yang memang sudah seharusnya ada untuk menjadi manusia utuh. Tanpa saya beritahu, sebenarnya kita sudah tahu. Hanya saja kita sering lupa. Iya, saya sebutkan ‘kita’ di sini, termasuk saya. Kita sering lupa baik sengaja ataupun tanpa sengaja melupakan kondisi jiwa. Jiwa dan raga. Dua komponen yang keduanya harus diberi perhatian. Diberi makan. Dijaga kesehatannya. Tak hanya cukup menjaga dan memeperhatikan salah satunya saja. Tak hanya cukup menjaga dan memperhatikan raga saja. Kebanyakan memang dari manusia hanya menjaga dan memperhatikan aspek keragaan tapi melupakan jiwa.
Rasulullah SAW sering mengingatkan kita untuk selalu menguatkan jiwa dengan mempertebal keimanan dan ketaqwaan kepada Yang Menciptakan dan Memiliki jiwa. Iman dan taqwa kepada Allah yang sanggup memasukan ke dalam dan mengeluarkan jiwa dari dalam raga manusia. Tatkala iman kita kuat maka jiwa pun akan kuat.
"Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat bergulat (fisik). Tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan diri (jiwa) saat amarah." (HR. Muttafaq 'alaih dari Abu Hurairah)
Jika jiwa kuat sudah kita miliki, maka segala persoalan akan bisa dihadapi dengan mudah. Tak akan lagi kita terkungkung dan terpuruk dalam kegagalan. Tak akan ada lagi kata menyerah untuk terus berjuang.
Orang yang jiwanya kuat pasti mengerti bahwa kehidupan ini memang penuh dengan ujian. Maka, kuatkanlah jiwa agar bisa terus bangkit menghadapi ujian-ujian itu. Semoga Allah SWT melindungi kita dari jiwa yang lemah.
Oleh Rahmat HM
Oleh Rahmat HM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar